Dia berjalan kedepan tanpa melihat arah manapun. Tatapannya kosong penuh dengan kehampaan, jiwanya hilang tak tahu arah, jalan hidupnya berantakan tak beraturan. rasanya telah sirna, hidup terasa tak ada guna. hidup segan mati tak mau. semua ada sebab dan akibat, apa yang telah dilakukan akan ada resiko yang ditanggung.
Hidupnya terlalu bukan untuk dirinya. kebahagiaan hidupnya ia relakan untuk oranglain. semua harapan mimpi dan jiwa sudah tak terbayangkan. namun ia masih punya harta berharga yang masih kokoh untuk diperjuangkan, 'harga diri'. ya, dia masih memiliki harga diri yang berkungkung dalam dirinya. satu-satunya yang bisa ia harapkan adalah harga dirinya.
Ia lupa, selama ini ia terkungkung dalam zona yang menyakitkan, zona yang menusuk untuk tetap bertahan dan kokoh, harapan dia cuma satu yaitu 'mimpi' sebuah mimpi yang dibuat amat besar, sebuah mimpi yang membawa dia menjadi seorang yang memiliki kepercayaan diri tinggi akan sebuah masa depan dan harapan. percaya akan sebuah ucapan demi menjadi sosok manusia berguna bagi semua orang, ia tidak perduli akan rintangan segala apapun. asal dia yakin akan mimpi itu. dia tetap lakukan. pengorbanan dan perjuangan telah dilakukan.
.
Hampir pada titik yang dituju, ia lupa memikirkan sebuah resiko maupun sebuah plan A atau plan B. ia selalu berfikiran akan berjalannya mulus. Sampai suatu ketika, bencana datang tanpa persiapan. bencana itu menghancurkan segala mimpi dan harapannya. ia tidak punya perlindungan, ia rapuh dan hancur berkeping-keping, runtuh tak berbentuk. Bencana yang tidak pernah terfikirkan sebelumnya, harapannya pupus. bagai kaca yang pecah yang rasanya mustahil untuk diperbaiki, hanya 2 pilihan yang ada, mengganti kaca tersebut atau menyusunnya kembali meski tak sempurna.
sayangnya, dia mencoba menyusun kembali retakan kaca itu. karena ia merasa harapan itu pasti masih ada. namun sayang, semakin disusun retakan kaca itu membuatnya semakin terluka akibat terkena serpihan kaca-kaca yang akan dibentuknya utuh. ketekunan untuk tetap membentuk kaca yang utuh membuat ia semakin berdarah-darah dan akhirnya semakin rapuh. kerapuhannya pun tidak mampu membuatnya bertahan disituasi kondisi seperti hampir mati. Menyerah adalah salahsatu jalan agar tetap hidup.
Kabarnya setelah menyerah dari kondisi itu, kini ia menjadi lebih baik. serpihan kaca itu telah ia kubur jauh-jauh kedalam. terkadang menyerah dari suatu tujuan awal tidak selalu buruk, jangan-jangan memang Allah sedang menguji suatu hamba untuk menaikan derajatnya. Memang benar apa yang kita sukai belum tentu baik, begitu pula apa yang tidak kita sukai belum tentu tidak baik. bisa jadi apa yang kita tidak sukai itulah yang paling baik. seperti surat Al-Baqarah : 216 :)
0Komentar